Kamis, 05 Januari 2012

Teenage Conflict at Insyaet Edisi 45 B

Mutiara Kata Orang Jawa
Oleh : Syarifuddin ‘ainur ibrahim’ *)
*Di terbitkan di bulettin el-insyaet Madrasah NU TBS Kudus edisi Dzul Hijjah.

Tradisi jawa merupakan sesuatu yang unik  dan diantaranya memiliki makna Islami yang padat bila kita cermati satu persatu. Namun kini sudah tidak bisa di pungkiri, bahwa disposisi warisan nenek moyang tersebut kian luntur di terpa arus globalisasi yang kian membahana. Padahal, secara realita kata-kata nenek moyang kita sering kali aktual, tajam dan terpercaya jika di jadikan refrensi. Bisa juga diyakini, bahwa ke afsahanya tidak kalah dengan mutiara kata dari para ilmuan barat.
Seperti contoh “Mikul Dhuwur, Mendhem Jero”. Pribahasa tersebut adalah bagian dari filosofi jawa yang berkaitan tentang nasihat kepada anak untuk memperlakukan orang yang lebih tua secara baik. Hal ini biasa di sebut juga dengan andhap ashor yang kaitanya juga relevan dengan Akhlakul Karimah. Dalam agama islam, --utamanya masyarakat jawa-- pelajaran tentang budi pekerti tentu menjadi hal yang harus ditekankan. Bahkan muncul sebuah makalah bahwa orang yang tidak memiliki adab di ibaratkan seperti lalat. Jika terapkan dalam konteks arab yakni :
Mikhul dhuwur berarti ‘menjunjung tinggi’ sebagai lambang penghargaan kepada orang tua yang dihormati atau di tuakan karena telah berjasa banyak dalam kehidupan. Sedangkan Mendhem Jero berarti menanam dalam-dalam penghormatan kepada orang yang dihormati sebagai modal bahwasanya kelak perbuatan kita akan dibalas, merujuk kepada makalah yang di jelaskan bahwasanya “Barang siapa yan melayani, maka dia akan dilayani” maka bersiaplah untuk Mikul Dhuwur, Mendhem Jero sejak dini.
Pentasrifan kata ‘anak’ disini bisa bersifat simbolik, yakni anak keturunan, generasi muda atau seorang bawahan. Sedangkan kata orang yang lebih tua dapat dimaknai sebagai orang tua dalam hubungan keluarga, orang yang lebih tua, pemimpin atau bahkan kepada ulama’ atau wali Allah. Oleh karenanya, generasi muda berkewajiban mikhul dhuwur mendhem jero  dengan harapan kelak martabat dan identitas bangsa kita sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Tanpa kita sadari, terkadang sesuatu yang kecil adalah syarat untuk menjadi besar. Maka sirit tersebut merupakan fondasi untuk membangun nilai-nilai yang harus di perjuangkan sekaligus menjadi karakter dalam membangun kebesaran dan kehormatan bangsa Indonesia. Dengan beragam rujukan mutiara kata nenek moyang kita, pelajari lebih dalam dan yakinlah bahwa kita pasti bisa.
=================================================
*) Penulis Adalah Pelancong Makna Gandul  di Kecamatan Kota  Kudus.
=================================================

Tidak ada komentar: